Search This Blog

Saturday, December 18, 2010

Tanda Mengenal Allah 2

3. Pengalaman Mujizat

Pengalaman supranatural merupakan TRAP (baca: Jebakan) yang serius dan mengerikan. Membuat orang terjebak seumur hidup. Disangkanya mujizat dari Tuhan, padahal firman Tuhan ingatkan: setan juga bisa melakukan hal yang SERUPA.

Kemudian Firaunpun memanggil orang-orang berilmu dan ahli-ahli sihir; dan merekapun, ahli-ahli Mesir itu, membuat yang demikian juga dengan ilmu mantera mereka.

Tetapi para ahli Mesir membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga hati Firaun berkeras dan ia tidak mau mendengarkan mereka keduanya seperti yang telah difirmankan TUHAN.

Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.

Seorang yang bernama Simon telah sejak dahulu melakukan sihir di kota itu dan mentakjubkan rakyat Samaria, serta berlagak seolah-olah ia seorang yang sangat penting.

Sebenarnya, Allah memberikan roh pada manusia untuk berkomunikasi dengan- Nya melalui firman dan doa. Tapi, manusia malah menyalahgunakannya. 

Roh manusia memang bisa masuk ke area spiritual. Celakanya, di sanapun si iblis sudah siap menanti dengan sigap. Berbagai suku-suku di Indonesia senang bermain-main dengan kuasa kegelapan - tanpa disadari, roh-lah jembatannya. 

Banyak orang berasumsi salah,”Mujizat adalah bukti pengalaman pribadi dengan Tuhan Yesus.” Terbentuklah pemahaman, ”Tuhan perlakukan aku sangat spesial, pasti aku Anak Tuhan!” Padahal... mujizat itu sendiri tidak spesial. Jangan sangka karena mengalami mujizat berarti sudah mengenal Allah.

Alkitab menyatakan mengenai Anugerah Umum dan Anugerah Khusus. Umum, maksudnya diberikan bagi semua orang tanpa pandang bulu. Khusus, hanya dianugerahkan bagi anak-anak-Nya, contohnya: Keselamatan (Salvation).

Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di Sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

Persisnya, mujizat termasuk dalam Anugerah Umum. Sebab itu, kesembuhan supranatural juga terjadi di berbagai kepercayaan. Bahkan bisa melalui dukun. Anehnya, bahasa roh juga ditemui dalam agama primitif. Tidak usah tuh seseorang menjadi Kristen baru disembuhkan dan bisa berbahasa aneh-aneh. 

Waktu kecil, saya tinggal di daerah Teluk Gong, Jakarta Utara. Di sana banyak sekali dukun yang bisa sembuhkan orang sakit. Dia pakai Puh (kertas kuning yang dimantrai) dibakar lalu diminum. 
Mungkin Anda pikir,”Yah, kalau itu kan dukun... di kuil-kuil gelap tak bertuan. Kalau kesembuhan Kristen kan di gereja, apalagi yang sembuhin Pak Pendeta, so pasti lain dong. Pasti Tuhan Yesus yang sembuhin.” Hati-hati...

Perbandingkan situasi saat ini. Di Amerika, banyak homoseks menikah di gereja. Menikahnya dalam nama: Tuhan Yesus, supaya diakui pemerintah dan masyarakat. Apakah benar Tuhan Yesus yang memberkati? Padahal, Tuhan benci dosa homoseks. Kota Sodom dan Gomora saja, dihancurkan dengan api dari langit. Nama Tuhan gampang dipake sana-sini. Ya kan?

Kelimpahan keajaiban dan mujizat, belum tentu menghasilkan iman sejati. Yesus pernah mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya. 

Mujizat itu cuma TANDA, maka dikatakan Signs & Wonders. Jika kita lihat Perjanjian Lama, mujizat itu biasa saja. Tiap hari lihat ada tiang awan dan api, Laut Merah bahkan terbelah buat diseberangi. Eh...Eh..Makanan turun dari langit pula tiap hari. Hebat!!!

Tapi, generasi pertama yang dibebaskan Musa yaitu orang-orang yang telah menikmati berbagai mujizat, cuma Yosua dan Caleb saja yang beriman. Sisanya? Semua Tuhan binasakan di padang gurun, karena kedegilan hati dan jelas-jelas karena tidak beriman. 

Mengenai mujizat, perhatikan beberapa hal ini:

Tuhan menganugerahkan mujizat kepada Para Rasul hanya sebagai Sign (tanda) saat memberitakan Injil. 

Para Rasul toh tidak bisa terus memelihara anugerah tersebut. Pada saat rasul-rasul masih hidup dan sudah terbentuk jemaat, Tuhan menyuruh mereka memilih tua-tua, supaya kalau ada yang disembuhkan tidak satu orang pun dipuji. Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.

Aneh sekali pada waktu Timotius sakit, Paulus suruh minum anggur sedikit dan bukannya menyembuhkan dengan mujizat.

Jika jaman sekarang ada hamba Tuhan memainkan peran, seolah-olah cuma lewat dia pasti bisa sembuhkan orang. Dan… hanya melalui dia saja, jelas sudah Playing God, Acting as God. 

Memainkan peranan sebagai Tuhan yang Maha Kuasa,"Kalau mau sembuh, mintalah sama saya." Ini berbahaya sekali. Menyihir jemaat, membuat banyak orang menyembahnya. Jelas, telah menilep kemuliaan Tuhan bagi dirinya sendiri.

Saya tidak menolak kesembuhan Ilahi - saya percaya masih berlaku di zaman ini, tapi tidak menjadikan itu sebagai alat mumpuni seolah-olah senjata yang siap ditembakkan. Ada seorang hamba Tuhan yang biasa melayani di kota besar, tanpa sign & wonder. Di kota tidak bisa sembuhkan siapapun, begitu ke pedalaman, di Pulau Bangka dia sembuhkan orang lumpuh dan orang tuli. Luar biasa! Balik lagi ke kota yah dia tidak bisa lagi mengeksekusi semaunya...Betul-betul butuh kepekaan akan pimpinan Tuhan!

Kalau seseorang dijamah Tuhan, tidak boleh bersaksi hanya masalah kesembuhannya saja, tapi harus menghubungkan dengan Firman Tuhan. Akibatnya, jadi tahu, Tuhan mau apa dengan dirinya. So, bukan cuma gembar-gembor kesuksesan diri. Ingat... pada saat Anda bersaksi, mungkin ada yang sudah puluhan tahun tidak sembuh-sembuh. Jangan sampai kesaksianmu menyakiti mereka. 

Kesaksian kesembuhan harus utuh, lihatlah kesaksian Paulus:

Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. 

Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 

Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

(bersambung)

No comments:

Post a Comment