Search This Blog

Wednesday, June 15, 2011

Rumah tangga Kristen

Rumah tangga Kristen

<!--[if !supportLists]-->  I.      <!--[endif]-->PENDAHULUAN
Makalah ini sebenarnya hanya untuk konsumsi khusus kaum ibu sektor IV. Akan tetapi keluarga kristen bukan hanya tanggung jawab kaum ibu saja, maka makalah ini tidak memuat hanya untuk kaum ibu saja, karena penulis menganggap perlu untuk bahan diskusi untuk gereja dalam membentuk keluarga Kristen. Apalai bagi warga gereja yang mau menikah, atau keluarga yang mempunyai masalah didalam membangun rumah tangga semoga makalah ini bisa menolong para warga jemaat, semoga makalah ini menjadi dasar untuk membimbing mereka membangun kelurga kriten yang bertanggung jawab.
Allah adalah pencipta rumah tangga. I mencipta rumah tangga sebagai wadah sosal yang pertama di dunia (Kejadian 1:27-28, 2:18-25). Tujuan Allah dengan mencipta rumah tangga adalah untuk 1. Mengusai dan memenuhi bumi dengan umat mlik Allah bagi kemuliaan Allah; 2. Memwujudkan keserasian hidup rumah tangga yang mencerminkan kesatuan ilahi bagi kemuliaan Allah.
Kenyataan dosa terbukti mengaburkan kehendak Allah di ats dalam kehidupan rumah tangga dan sekaligus menyodorkan tantangan bagi suami- isteri guna melaksanakan tanggug jawab mencapai ujuan Allah itu melalui rumah tangga. Dosa mengakibatkan adanya kesulitan individu dan kesulitan rumah tangga sebagai suatu kesatuan untuk menciptkan kebahagiaan yang sesuai dengan kehendak Allah bagi rumah tangga kristen.
Untk mencapai tujuan di atas, ada dua bahagian penting yang perlu dibicarakan yaitu: 1. Rumah tangga Kristen menurut Alkitab; 2. Membangun rumah tangga Kristen.

<!--[if !supportLists]-->II.      <!--[endif]-->RUMAH TANGGA KRISTEN MENURUT ALKITAB

Dari penciptaan di dalam Perjanjian Lama sampai kepada Perjanjian Baru Alkitab secara terang berbicara tentang rumah tangga.
Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa Allahlah yang membangun Rumah tangga Kristen (Kejadian 1;27-28; 2:18-25<!--[if !supportFootnotes]-->[1]<!--[endif]-->).  Allah sendiri yang berinisiatif membangun rumah tangga dengan menciptakan laki-laki  dan perempuan dengan mempersatukan mereka menjadi satu rumah tangga.
Dalam bagian ini kita membicarakan dua pokok yakni : 1. Panggilan kepada rumah tangga Kristen; 2. Rumah tangga Kristen yang ideal.

<!--[if !supportLists]-->A.           <!--[endif]-->Panggilan Kepada Rumah Tangga Kristen

Oleh karena Allahlah yang membangun sebuah keluarga maka rumah tangga itu sakral / suci dan untuk seumur hidup (Mazmur 127:1-2; Mat 19:4-6; 5:48) 19:4 <!--[if !supportFootnotes]-->[2]<!--[endif]-->)
Pada sisi lain, pembentukan rumah tangga didukung oleh mandat Allah untuk menaklukkan dan memenuhi bumi bagi kemuliaan Allah. Sebagai mandat yang diberikan Allah maka Allah memanggil sebuah rumah tangga untuk menikmati berkat-Nya. Untuk mencapai tujuan Allah bagi keluarga, ada beberapa  hal yang akan dilihat yang berkaitan dengan hal tersebut di atas yaitu:

<!--[if !supportLists]-->1.       <!--[endif]-->Panggilan perwujudan kesucian hubungan Allah.
Rumah tangga adalah satu kesatuan yang diikat oleh hubungan ilahi, yaitu kasih yang sakral, sehingga menggambarkan hubungan suci Allah dengan umat-Nya (Kejadian 2:24; Efesus 5:31-32)
Di sini rumah tangga bertanggung jawab untuk memwujudkan hubungan sakral ini  dengan sepenuhnya, karena rumah tangga dipanggil dan diikat kepada suatu hubungan yang durasinya seumur hidup. Kasih yang sakral ini harus didemonstrasikan di dalam membina hubungan suami-istri, yang akan mencapai rencana Allah memanggil rumah tangga.

<!--[if !supportLists]-->2.       <!--[endif]-->Panggilan Tanggung jawab berkat.

Panggilan kepada taggung jawab berkat melalui rumah tangga yang satu untuk memenuhi tujuan Allah dapat diuraikan sebagai berikut:
<!--[if !supportLists]-->3.1.       <!--[endif]-->Memwujudkan hubungan persatuan permanen antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang durasinya seumur hidup.
<!--[if !supportLists]-->3.2.       <!--[endif]-->Memwujudkan persekutuan yang terdekat dan terintim antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, sebagai tempat yang patut untuk ekspresi kasih yang wajar.
<!--[if !supportLists]-->3.3.       <!--[endif]-->Memwujudkan hubungan tererat yang menyiapkan tempat bagi hubungan terdekat yang patut antar seorang suami dan seorang istri, seperti hubungan batiniah terdalam, hubungan seks, dan sebagainya.
<!--[if !supportLists]-->3.4.       <!--[endif]--> Menyiapkan wadah untuk pelebaran  dan perpanjangan hubungan seorang suami dan keluarganya kepada seorang isteri dan keluarganya, ayah- ibu, anak-anak, cucu-cucu, dst.
<!--[if !supportLists]-->3.5.       <!--[endif]-->Menyiapkan wadah bagi pertambahan dan pemeliharaan hubungan suami sebagai ayah dan isteri sebagai ibu untuk menerima dan membesarkan anak-anak.

<!--[if !supportLists]-->3.       <!--[endif]-->Panggilan ketaatan kepada Allah.

Panggilan kepada perwujudan ketaatan akan Allah dapat diungkapkan sebagai berikut:
<!--[if !supportLists]-->3.1.       <!--[endif]-->Taat kepada Allah, diwujudkan dalam sikap setia kepada rumah tangga.
<!--[if !supportLists]-->3.2.       <!--[endif]-->Taat kepada Allah diwujudkan dalam hormat akan Allah, menjadi dasar hormat satu kepada yang lain dalam rumah tangga.
<!--[if !supportLists]-->3.3.       <!--[endif]-->Taat kepada Allah diwujudkan dalam mengasihi satu kepada yang lain sebagai suami - isteri dalam mengisi hidup rumah tangga.

<!--[if !supportLists]-->4.       <!--[endif]-->Panggilan memuliakan Allah.

Suami-isteri Kristen sebagai warga kerajaan Allah memiliki panggilan yang sama degan semua umat Allah. Panggilan untuk memuliakan Allah ini adalah tanggung jawab suami-isteri secara individu, yang juga adalah tangung jawab korporatif yang harus duwujudkan bersama melalui hidup rumah tangga.  


<!--[if !supportLists]-->B.     <!--[endif]-->Rumah Tangga Kristen yang Ideal

Rumah tangga Kristen yang ideal menurut Alkitab dapat dilihat dalam beberapa sisi penting yaitu: 1.Satu suami- satu isteri;  2. Peranan yang berbeda status dan tujuan yang sama; 3. Fungsi yang mikro dan makro.

<!--[if !supportLists]-->1.       <!--[endif]-->Satu suami- satu Isteri
Alam Alkitab terlihat jelas idealisme Allah, Yaitu memanggil seorang laki-laki menjadi suami dan sorang perempuan menjadi isteri. Idealisme Allah ini bukan sekedar menunjukkan bentuk rumah tangga Kristen, tetapi juga menyangkut pelbagai aspek rumah tangga. Idealisme Allah ini didukung oleh fakta- fkta sepeti berikut:
<!--[if !supportLists]-->3.1.       <!--[endif]-->Mencipta keselarasan dengan tujuan Allah yaitu memberi” penolong yang sepadan “ bagi suami – isteri (Kej 2:18). Sepadan berarti seimbang timbl balik, yaitu satu adalah penolong terhadap yang lain.
<!--[if !supportLists]-->3.2.       <!--[endif]-->Membenarkan tali hubungan Allah – yaitu kasih yag utuh dan tak mungkin dibagi-bagi, karena hanya dapat diberikan dari satu suami kepada satu isteri, dan sebaliknya.
<!--[if !supportLists]-->3.3.       <!--[endif]-->Memwujudkan suatu kesatuan Allah “menjadi satu daging” (Kej 2:24; Mat 19:5), yang hanya mungkin dari satu suami dan satu isteri.

<!--[if !supportLists]-->2.       <!--[endif]-->Peranan yang berbeda status dan tujuan sama

Rumah tangga dibentuk Allah untuk mencapai tujuan-Nya yang telah diuraikan di depan. Dalam perwujudan tanggung jawab mencapai tujuan Allah itu, perlu disadari bahwa derajat suami- isteri adalah sama di hadapan Allah dan tidak dapat diganti hanya dapat dibagi satu dengan/ kepada yang lain.
Dalam memwujudkan peran yang berbeda dengan status dan tujuan yang sama ada beberapa dasar bukti yang perlu disimak.
<!--[if !supportLists]-->2.1.       <!--[endif]-->Laki-laki, suami, Ayah
<!--[if !supportLists]-->־               <!--[endif]-->Laki-laki – diciptakan Tuhan dengan fisik yang kuat/ berbeda, sifat dasar/ naluri yang berbeda untuk berperan dan berfungsi sebagai kepala rumah tangga (Efesus 5:23), dan pelindung.
<!--[if !supportLists]-->־               <!--[endif]-->Suami – adalah fungsi patnership bagi isteri untuk saling memberi dan menerima
<!--[if !supportLists]-->־               <!--[endif]-->Ayah – adalah fungsi kultivasi/ pemeliharaan yang secara patnership dengan ibu adalah orang tua bagi anak.
<!--[if !supportLists]-->2.2.       <!--[endif]-->Perempuan Isteri, Ibu
<!--[if !supportLists]-->־               <!--[endif]-->Perempan – diciptakan Tuhan dengan fisik yang khuus untuk menjadi ibu, dilengkapi dengan sifat dasar naluri yang berbeda untuk berperan sebagai ibu rumah tangga yang lengkap.
<!--[if !supportLists]-->־               <!--[endif]-->Isteri – adalah fungsi patnership bagi suami ntuk saling memberi –menerima.
<!--[if !supportLists]-->־               <!--[endif]-->Ibu – adalah fungsi kultivasi/ pemeliharaan yang secara patnership dengan ayah adalah orang tua bagi anak.

<!--[if !supportLists]-->3.       <!--[endif]-->Fungsi Rumah tangga yag mikro dan makro.

Fungsi mikro maksudnya adalah hubungan ke dalam, dan fungsi makro maksudnya adalah hubungan ke luar.


<!--[if !supportLists]-->3.1.             <!--[endif]-->Fungsi Mikro.

Yang dimaksud dengan fungsi mikro dari  rumah tangga ialah fungsi suami- isteri, ayah –ibu yang bertujuan untuk pembinaan, pengembangan dan pertahanan serta kelanjutan hidup rumah tangga. Fungsi ini bersifat esensi, yang menekankan kepada aspek-aspek mendasar pada hakekat rumah tangga. Fungsi mikro ini dapat dijelaskan sebagai  berikut:
<!--[if !supportLists]-->־         <!--[endif]-->Fungsi biologis : melanjutkan keturunan
<!--[if !supportLists]-->־         <!--[endif]-->Fungsi sosial : menyiapkan lingkungan yang patut bagi anak, untuk membesarkan anak, pendidikan anak, dsb.
<!--[if !supportLists]-->־         <!--[endif]-->Fungsi psikologis; menikmati kesenangan dalam hubungan suami isteri, orang tua dan anak.
<!--[if !supportLists]-->־         <!--[endif]-->Fungsi eknomi : menyiapkan dasar dasar bagi tindakan, pemenuhan serta kepuasan ekonomi.
<!--[if !supportLists]-->־         <!--[endif]-->Fungsi rohani: menyediakan dasar an lingkungan bagi pertumuhan / perkembangan (pembinaan) hidup rohani; meletakkan nilai-nilai dasar, motivasi dasar serta pemantapan sasaran hidup.
<!--[if !supportLists]-->־         <!--[endif]-->Fungsi kultural : merupakan konteks bagi proses enkulturasi

<!--[if !supportLists]-->3.2.       <!--[endif]-->Fungsi Makro
Fungsi makro dari rumah tangga lebih cenderung  berkaitan dengan fungsi eksternal yang menekankan tentang peanan  rumah tangga dalam dan bagi masyarakat, yang dapat dibagi sebagai berikut:
<!--[if !supportLists]-->־         <!--[endif]-->Fondasi dan soko guru masyrakat.
<!--[if !supportLists]-->־         <!--[endif]-->Fondasi sosial kehidupan masyarakat.
<!--[if !supportLists]-->־         <!--[endif]-->Fondasi ekonomi.
<!--[if !supportLists]-->־         <!--[endif]-->Fondasi budaya msyarakat.




















<!--[if !supportLists]-->III.            <!--[endif]-->MEMBANGUN RUMAH TANGGA KRISTEN

Mazmur 127:1  Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

Untuk mengisi tanggung jawab membangun rumah tangga Kristen yang baik, ada tiga pokok yang perlu dibicarakan  yaitu: 1. Membangun rumah tangga di dalam Tuhan; 2. Membangun hubungan suami- isteri – anak.

<!--[if !supportLists]-->A.            <!--[endif]-->Membangun Rumah Tangga di dalam Tuhan
Setiap  anggota rumah tangga memiliki tanggung jawab untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Untuk memahami diskusi ini ada dua hal yang penting untuk dibicarakan. 1. Suami sebagai suami dan suami sebagai kepala. 2. Isteri-sebagai isteri dan isteri sebagai penolong.
<!--[if !supportLists]-->1.             <!--[endif]-->Suami sebagai suami, dan suami sebagai kepala.
Sebagai suami, ia adalah pemberian anugerah Allah kepada isterinya, dimana ia bukanlah miliknya sendiri tetapi juga milik isterinya
Dalam hubungannya dengan isterinya seorang suami, diberi tanggungjawab sebagai pemimpin yang disebut kepala rumah tangga (Efesus 5:23). Istilah kepala harus diterjemahkan sebagai memiliki tanggung jawab utama untuk memimpin rumah tangga . Kepala bukanlah penguasa, tetapi adalah penanggung jawab utama.
Sebagai kepala seorang suami bertanggung jawab membangun rumah tangganya di dalam Tuhan apabila ia ingin menikmati harmonisasi hubungan yang ditandai oleh berkat Allah (Maz.128:1-6)
Untuk memwujudkan tanggung jawab ini dengan baik, maka seorang suami harus mulai menerima dan memperlakukan diri sebagai suami dan menerima serta memperlakukan isteri sebagai isteri. Seorang suami harus melihat  isteri dari kacamata Allah dan menerimanya secara penuh sebagai isteri pemberian Allah dengan segala kelebihan dan  kekurangannya.
Ada beberapa saran praktis yaitu:
<!--[if !supportLists]-->1.1.       <!--[endif]-->Jadilah suami yang mengasihi Tuhan dan isteri (Yoh 13:34-35; Ef. 5:25-31; Kol 3:19)
<!--[if !supportLists]-->1.2.       <!--[endif]-->Wujudkan kasih kepada Tuhan dengan menjadi suami yang berdoa, membaca firman Tuhan, berbakti dan mengabdi (I Tim 2:1-7); 3:1-7,)
<!--[if !supportLists]-->1.3.       <!--[endif]-->Bimbinglah isteri-anak di jalan Tuhan; dan berilah dorongan untuk maju dengan menjadi contoh hidup Kristen yang patut.
<!--[if !supportLists]-->1.4.       <!--[endif]-->Ciptakan “suasana sorga” dalam rumah tangga dengan menerapkan kasih Kristus kepada isteri dan anak, sehingga semuanya bertekad untuk hidup bagi kemuliaan Tuhan.


<!--[if !supportLists]-->2.             <!--[endif]-->Isteri sebagai isteri dan isteri sebagai penolong
Isteri sebagai isteri mengharuskan seorang isteri mengenal diri dan tanggung jawab sebagai isteri. Ia adalah penolong bagi suami, bukan pembantu (house maid), bukan pula mertua, yang sring bgaikan leher untuk kepala. Bagi isteri, suami adalah pemberian anugerah, sehingga seorang isteri harus belajar mengenal dan menerima diri. Dengan menerima diri, isteri akan mampu menerima  suami sebagai pemberian anugerah dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Untuk memwujud-terapkan tanggung jawab sebagai isteri dengan baik, maka seorang isteri harus menerima diri sebagai isteri dengan wujud kewanitaan yang ada padanya. Kesadaran ini akan menuntun dan memberi kemampuan kepada isteri menjdi isteri yang idel (Amsal 31:10-31) yang menentukan jatuh-bangun, mati-hidup rumah tangganya. Keberhasilan isteri sebagai isteri akan terbayang-bayangi dalam keberhasilan suami. Beberapa nasihat praktis bagi isteri yang mau membangun rumah tangga adalah sebagai berikut:
<!--[if !supportLists]-->2.1.                <!--[endif]-->Jadilah isteri yang menghormati Tuhan dan suami (Ef 5:33 b).
<!--[if !supportLists]-->2.2.                <!--[endif]-->Berikanlah segala daya dan upaya untuk menopang suami membangun hidup rohani, social, ekonomi dalam rumah tangga.
<!--[if !supportLists]-->2.3.                <!--[endif]-->Dukunglah suami membina anak sebagai generasi penerus yang hidup bagi Tuhan.

Membangun rumah tangga adalah tanggung jawab bersama dari suami-isteri sebagai soko guru rumah tangga. Rumah tangga yang berhasil membangun dirinya akan ditandai dengan:
<!--[if !supportLists]-->¨      <!--[endif]-->Tuhan dipermuliakan melalui rumah tangga
<!--[if !supportLists]-->¨      <!--[endif]-->Ada penikmatan berkat bersama seutuhnya
<!--[if !supportLists]-->¨      <!--[endif]-->Rumah tangga menjadi berkat kepada orang lain

<!--[if !supportLists]-->B.      <!--[endif]-->Membangun hubungan suai –isteri, anak.
Suami isteri yang yang saling mendukung mencipta rumah tangga yang ideal bagi kehairan anak. Kebenaran “orang tua makan berdiri, anak makan berlari—selalu akan mencerinkan apakan suatu rumah tangga ituterbangun di dalam Tuhan atau rumah tangga yang porak poranda.
Dengan demikian untuk memwujudkan hubungan rumah tangga harmonis sebagai wadah bagi anak, maka pokok pikiran sederhana yang perlu direnungkan adalah sebagai berikut:
<!--[if !supportLists]-->1.       <!--[endif]-->Wjudkan hubungan kasih dan hormat suami isteri sehingga menciptakan “suasana sorga” agi anak; Bimbinglah anak kepada Tuhan.
<!--[if !supportLists]-->2.       <!--[endif]-->Jadilah model panutan sehingga dapat dicontoh anak.
<!--[if !supportLists]-->3.       <!--[endif]-->Siapkan kerangka hidup rumah tangga yang menjamin kelangsungan hidup anak kini dank e masa depan.
<!--[if !supportLists]-->4.       <!--[endif]-->Libatkan anak membangun rumag tangga.

<!--[if !supportLists]-->C.     <!--[endif]-->Rangkuman:
Membangun rumah tangga adalah tanggung jawab primer dan uth da suami-isteri. Untuk itulah sumi-isteri perlu mengembangkan kesadaran, upaya dan kerja maksimal u