Search This Blog

Wednesday, January 5, 2011

Yesus Lahir untuk Kita


Thursday, 23 December 2010 15:17
Robert Capon dalam buku "Hunting the Divine Fox" membandingkan kisah Superman dengan Yesus: "Yesus—lemah lembut, tapi dengan satu kekuatan rahasia yang jauh melampaui manusia—berkelana di bumi selama 33 tahun, hampir celaka karena Salib Kryptonite, tapi di menit terakhir bisa masuk ke kamar telepon umum bernama Kubur Kosong, berganti baju Paskah, dan dengan satu kali lompatan sampai ke planet Sorga."
 
Pengertian Yesus sebagai manusia ilahi yang berbeda dengan manusia biasa, membuat kita berpikir, tindakan Yesus tidak bisa ditiru. Akibatnya kita hanya menjadikan Yesus sebagai objek iman, bukan telandan untuk diikuti.

Filipi 2:7 memakai kata "mengosongkan diri" artinya Yesus tidak mempertahankan milikNya—sebagai Allah yang Mahakuasa dan Mahatahu—Dia mengambil natur manusia biasa, dengan segala keterbatasannya. Peristiwa inilah yang kita rayakan di hari Natal. Dia melihat natur manusia itu sebagai sesuatu yang cukup berharga untuk ditebusNya. Dia adalah Pembuka Jalan, sehingga orang percaya bisa berjalan mengikuti gerak langkahNya.

Ada beberapa natur kemanusiaan Yesus yang berharga di mata Allah:
1. Yesus harus bersandar kepada pertolongan pihak lain.
Anak Allah yang Mahakuasa dan Mahatahu, lahir menjadi bayi yang tidak bisa apa-apa dan tidak tahu apa-apa. Yesus harus bersandar kepada pemeliharaan dan pengajaran orangtuanya. Sikap bersandar kepada pertolongan orang lain akhirnya tumbuh dewasa menjadi sikap bersandar kepada pemeliharaan Allah Bapa. 

Di padang gurun, Iblis berkata, "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tapi Yesus menjawab, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Yesus memilih untuk tetap tinggal dalam natur manusia, yang bersandar kepada Bapa. 
Di dalam sikap bersandar inilah, Dia mengalami relasi intim dengan Allah Bapa. Puncak dari sikap bersandar ini ada dalam peristiwa penyalibanNya. Yesus berkata, "Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu." Dia menyerahkan hidupNya kepada Bapa, sehingga Dia mengalami relasi intim dengan Bapa untuk selamanya.

2. Yesus harus hidup demi kepentingan orang lain.
Manusia dicipta sebagai gambar dan rupa Allah, dengan mandat untuk menguasai alam semesta. Tapi natur manusia dijelaskan sebagai "penolong" bagi sesamanya (Kej. 2:18). Filipi 2:7 juga mengaitkan natur manusia, dengan natur hamba. Yesus lahir sebagai hamba yang melayani orang lain. HidupNya digerakkan oleh belas kasihan. Yesus selalu hidup bagi kepentingan orang lain. Puncaknya adalah pemberian diriNya untuk mati di atas kayu salib, sebagai tebusan bagi banyak orang.

3. Yesus menerima posisi tinggi sebagai anugerah Bapa.
Yesus adalah "Yang Diurapi," Raja dalam Kerajaan Allah. Tapi ketika orang lain tidak menerima KerajaanNya, Yesus tidak memanggil 12 pasukan malaikat untuk mempertahankan posisiNya. Yesus membiarkan tubuh kebangkitanNya menjadi tidak sempurna, dengan lubang di tangan dan lambungNya. 
Dia tetap merendahkan diri sebagai hamba yang bertindak bagi kepentingan orang lain. Sehingga orang yang ragu seperti Tomas akhirnya mengakui Yesus sebagai Tuhan. Sampai sekarang Dia membiarkan tubuhNya tidak sempurna, dengan bekas luka seperti ini, sampai Bapa melunakkan hati semua orang, sampai segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

No comments:

Post a Comment