Search This Blog

Wednesday, January 5, 2011

Anak-anak Allah yang Membawa Damai


Friday, 19 March 2010 11:08
Dalam khotbah di bukit, ucapan bahagia ketujuh yang disebutkan Yesus, “Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9). Di sini Yesus tidak mengatakan bagaimana menjadi anak-anak Allah, tetapi yang Yesus katakan adalah anak-anak Allah pastilah pembawa damai. Orang-orang yang sudah lahir baru pastilah 'pembawa damai.'

Seorang anak akan mewarisi sifat dari bapanya. Dalam Yohanes 1:12 disebutkan, kita menjadi anak-anak Allah karena kita percaya dalam nama-Nya. Allah mengutus Yesus ke dunia untuk memperdamaikan manusia yang berdosa dengan diri-Nya. Yesus datang ke dunia dengan misi membawa damai, membawa pengharapan bagi dunia yang hancur ini. Demikian pula seharusnya kita sebagai anak-anak Allah.

Di tengah-tengah dunia yang mau menang sendiri, tidak mau mengalah, terus bertengkar, maka kehadiran anak-anak Allah sebagai pembawa damai sangat dibutuhkan. Kadang kita begitu emosi, begitu cepat bereaksi ketika harga diri kita terusik. Kita begitu gampang marah dan tidak mau menerima penjelasan ketika terjadi kesalahpahaman.  Jika kita mengalah, maka sebenarnya kita bukanlah sungguh-sungguh mengalah, tetapi kita menghindari konflik dan mungkin ketika ada kesempatan kita pun mengupayakan balas dendam.

Dalam buku "Studies in the Sermon on the Mount," Martin Llyod-Jones menjelaskan bahwa ‘pembawa damai’ adalah orang yang tidak mudah terseret dalam pertikaian dan keributan. Yang kedua, dia juga adalah orang yang aktif mengadakan pendamaian. Dia tidak ingin hidup dalam permusuhan, pertikaian dan ingin segera menyelesaikan segala persoalan yang ada sehingga tidak timbul kekecewaan yang berujung ke akar pahit. Dia tidak akan berpura-pura mengucapkan salam ketika dia bersitegang, ketika ada orang yang memusuhi dia. Jika dia berbuat demikian tanpa ketulusan, itu hanyalah kemunafikan belaka. Tetapi seorang pembawa damai akan sungguh-sungguh mengusahakan penyelesaian pertikaian dan ketika mengucapkan salam itu sungguh lahir dari hati yang ingin mengusahakan perdamaian.

Dan terakhir, dia rindu agar orang lain mengalami pendamaian dengan Kristus. Mengapa dunia penuh dengan ketegangan dan pertengkaran? Itu karena mereka masih hidup dalam kegelapan, hati mereka belum diubahkan oleh Kristus. Dan sebagai anak-anak Allah, kita  rindu mereka yang masih hidup dalam permusuhan dengan Allah bisa beroleh pendamaian dalam Kristus. Dan biarlah setiap diri kita boleh menjadi instrumen agar orang lain mengalami pendamaian dengan Kristus seperti yang sudah kita terima

No comments:

Post a Comment