Search This Blog

Wednesday, January 5, 2011

Pilihan


Friday, 17 September 2010 18:09
Hidup di zaman modern ini tidak mudah, begitu banyak godaan, begitu banyak tantangan dan tentunya begitu banyak pilihan di dalam hidup. Apa yang terjadi dalam hidup kita, itu adalah pilihan kita sendiri dan bukan pilihan Tuhan. Tidak percaya?

Coba perhatikan orang-orang di sekitar anda, termasuk diri sendiri dan tanyalah apakah mereka pernah sakit hati? Kepada siapa mereka sakit hati? Sudah berapa lama menyimpan sakit hati itu? Sebagian besar pasti akan mengatakan “ya” untuk jawaban pertama dan jawaban beragam untuk pertanyaan kedua, dst.

Merasa sakit hati, kesal, marah adalah manusiawi dan itu adalah hal yang wajar sebagai manusia. Namun menjadi tidak wajar bila kita membiarkan sakit hati itu terus bercokol di dalam diri kita selama bertahun-tahun. Sakit hati adalah roh jahat yang dilepaskan iblis untuk menguasai manusia. Dengan membiarkan diri kita dikuasai roh sakit hati, itu artinya kita sedang memilih untuk membuka diri terhadap roh jahat dan memberikannya tempat untuk tinggal dalam hidup kita.

Kesempatan emas ini tentu tidak akan disia-siakan, dengan segera iblis akan memanggil roh jahat lainnya dan mulai membangun kubu-kubu pertahanannya serta menetap. (Ingat! Menetap). Roh jahat itu bisa berupa roh amarah yang meluap-luap, roh curiga, roh kepahitan, roh mengasihani diri, roh merasa diri benar, roh menutup diri, roh balas dendam, roh perpecahan, roh anarkis, roh rasial, etc. Roh-roh inilah yang mengendalikan seseorang dan membuat keadaan orang ini menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Maka tak heran bila kita suka melihat orang yang dikuasai roh jahat cepat atau lambat akan terlibat dalam dunia okultisme.

Lukas 11:26, “Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula."

Ada beberapa pengajaran yang mengatakan bahwa orang Kristen tidak lagi dikuasai roh jahat karena ada Roh Allah yang menaunginya. Itu benar namun tidak sepenuhnya benar. Kita harus melihat sejauh mana konteks orang Kristen yang dimaksud. Bila yang dimaksud adalah orang Kristen yang hanya datang ibadah hari minggu atau yang hanya setahun 2x ke gereja (Natal dan tahun baru) dapat dipastikan Roh Allah tidak menaungi hidupnya. Karena ke-Kristen-annya hanya KTP (Kristen Tanpa Pertobatan). Secara logika, bagaimana mungkin Roh Allah mau berdiam dan bekerja sama dengan orang yang suka berbuat cabul, mabuk-mabukan, suka berbohong, sombong, etc.

Lalu bagaimana dengan orang Kristen yang sudah pelayanan, aktif melayani, bergelar pendeta/gembala, berkarunia hebat, apakah bisa dikuasai roh jahat? Dengan tegas saya katakan TIDAK, mereka tidak dapat dikuasai (dirasuki) oleh roh jahat, namun bisa diikat oleh roh jahat. Roh jahat melakukan ikatan ini melalui dosa-dosa masa lalu yang belum dibereskan, luka batin yang belum disembuhkan, ditolak ketika bayi, pelecehan (perbuatan/perkataan), kutuk keturunan yang belum dibereskan, dikutuk/disumpah orang, astrologi, etc. Itu semua adalah lahan subur, yang dimanfaatkan roh jahat untuk mengikat seseorang.

Kita bisa mengetahui apakah masih ada ikatan roh jahat di dalam diri kita atau tidak, yaitu dengan merasakan apakah di dalam diri kita seperti ada pribadi lain yang mengendalikan diri kita, di luar Roh Kudus tentunya, untuk melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan. Padahal jauh di dalam hati, di hati kecil kita menyadari bahwa hal itu salah dan tidak berkenan kepada Tuhan, namun kita tidak kuasa untuk menolaknya. Ini termasuk keterikatan.

Barometer lainnya, apakah kita sering tidak mampu mengendalikan diri (amarah yang meledak-ledak, nafsu makan yang tidak terkendali, kecenderungan untuk bunuh diri, suka menyakiti diri sendiri/orang lain, sering mengantuk saat mendengar Firman, apatis, posesif, garang) ketika diperhadapkan dengan suatu masalah atau orang yang berbeda pendapat dengan kita.

Amarah yang meluap-luap dan meledak-ledak muncul dari emosi/jiwa yang belum ditundukkan kepada Yesus, dan jiwa itu yang dikendalikan oleh iblis. Sedangkan amarah kudus adalah amarah yang berasal dari Roh yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk menyatakan perang terhadap perbuatan iblis.

Amarah yang berasal dari jiwa timbul karena merasa harga dirinya di injak-injak dan diremehkan, dan menyerang pribadi yang bersangkutan. Sedangkan amarah kudus timbul karena membela kepentingan Allah. Sebagai contoh ketika Yesus menyucikan bait Allah (Yohanes 2:13-25), Yesus tidak menyerang pribadi orang-orang itu tapi Yesus tidak menyukai perbuatan mereka terhadap bait Alalh. Apapun yang Yesus lakukan adalah untuk kepentingan Allah dan bukan diri-Nya sendiri.

Bila kita melihat bahwa tanda-tanda itu ada di dalam diri kita, Berhati-hatilah! Anda sedang diikat oleh roh jahat. Dalam beberapa kasus yang saya alami, ternyata pelayanan kelepasan itu tidak cukup hanya sekali (ada pula yang menyebutkan innerhealing red) dan Tuhan lakukan itu menerus seumur hidup kita, sampai mencapai kesempurnaan segambar dan serupa dengan Kristus. Sama seperti mengupas kulit bawang, Tuhan akan membereskan luka-luka itu secara bertahap lapis demi lapis, seiring kedewasaan dan kerelaan hati untuk dibentuk oleh-Nya. Tuhan tidak pernah memaksa.

Ada satu masa, Tuhan hanya membereskan hubungan kita dengan orangtua, di masa yang lain Tuhan membereskan hubungan kita dengan rekan-rekan di masa lalu kita, dan Tuhan melakukan semuanya itu secara bertahap, perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit.

Kejadian ini saya alami beberapa bulan lalu dan menjadi kisah indah di dalam perjalanan iman saya bersama Tuhan, dan saya ingin membagikannya kepada anda. Awal mulanya saya merasa sudah beres, baik-baik saja, tidak memiliki luka batin, dan menikmati pelayanan bersama Tuhan. Tuhan tidak buta, Tuhan tahu masih ada luka batin yang belum saya bereskan, dan Tuhan tidak mau hal ini mengkhamirkan diri saya.

Hingga beberapa bulan lalu, Tuhan mempertemukan saya secara ajaib dengan orang ini, saya sebut ini adalah pertemuan adikodrati. Seseorang yang sudah saya lupakan bahkan sampai namanya pun tidak mau saya ingat selama 17 tahun. Kami dipertemukan dalam sebuah wadah pelayanan interdenominasi dan saat itu kami sama-sama mau melayani. Dapat saudarabayangkan betapa terkejutnya saya, dan ternyata kami sama-sama dikejutkan dengan hal ini (ini dia sampaikan beberapa hari kemudian).

Bertemu dalam kondisi yang sangat tidak diharapkan, mau pelayanan, bertemu dengan kondisi sama-sama pelayan Tuhan (karena dulu kami musuh bebuyutan) dan dalam kondisi yang sama-sama hendak dipulihkan oleh Tuhan. GOD IS AMAZING! Singkat cerita kami saling mengaku dosa, mengampuni dan rekonsiliasi. Nama Allah dipermuliakan. Haleluya!

Memang, kejadian itu sudah puluhan tahun, dan terjadi pada masa kanak-kanak. Mudah bagi kami untuk bersikap baik-baik saja dan seakan-akan tidak pernah ada masalah di antara kami. Namun iblis tidak pernah lupa, iblis akan selalu memanfaatkan luka itu untuk menimbulkan luka-luka yang lain di dalam hidup saya membuat kerusakan yang semakin hebat. Dan Tuhan tidak mau hal itu terjadi, hingga akhirnya dia mempertemukan kami dan memperdamaikan kami berdua. Sekarang kami bekerja sama dalam satu team youth ministry interdenominasi.

Ketika saya memilih untuk mengampuni, saya telah melepaskan ikatan dosa itu dan iblis tidak memiliki akses untuk masuk dalam hidup saya lagi. Dan itu artinya saya memilih untuk hidup sebagai orang merdeka dan tidak diperbudak lagi oleh ketakutan, intimidasi, yang menyerang saya selama ini.

Ketika saya memilih untuk mengampuni, saya memilih untuk membangun jembatan yang menjembati kedua belah pihak dan membawa bendera perdamaian kasih Kristus kepada lawan-lawan saya. Mengampuni adalah pilihan saya.

Kisah yang lain, salah seorang rekan pernah berkata, “Untuk saat ini saya belum bisa mengampuni orang itu, karena dia telah menyakiti saya sedemikian rupa. Mungkin belum waktunya Tuhan.” Serta merta mata saya terbelalak, kaget mendengar ucapannnya. Hati saya miris, telah sekian lama dia ikut Tuhan namun tidak pernah mengenal siapa Allah yang sesungguhnya, tidak pernah mengenal seorang pribadi yang telah tergantung di atas kayu salib 2000 tahun lalu, dan perubahan apa yang telah Yesus bawa kedalam dunia ini.

Yesus tidak hanya datang ke dunia untuk menjadi Juruselamat, tapi Yesus membawa semua yang kita butuhkan untuk hidup di dunia ini. Ketika kita membutuhkan kesabaran, kesabaran itu telah ada di dalam diri-Nya, ketika kita membutuhkan pengampunan, pengampunan itu telah ada di dalam diri-Nya, ketika kita membutuhkan kasih, kesempurnaan kasih itu telah ada di dalam-Nya. Yesus telah datang dan tinggal di dalam hidup orang percaya (ini juga adalah pilihan kita, apakah mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat atau tidak), itu berarti kita tinggal mengeluarkan dari dalam diri kita semua yang kita butuhkan karena Yesus ada bersama kita. Dan semua itu tergantung kepada kita, apakah kita akan memilih untuk mengambil dan mempergunakan semua anugerah itu atau kita hanya akan diam dan menangisi nasib? Semua pilihan itu ada di tangan anda.

Ada dua hal yang membuat kita tidak mau mengampuni seseorang, yaitu:
1. Kita merasa bahwa orang itu belum cukup menderita, sehingga kita membiarkan orang itu tetap berada dalam kondisi tertindas
2. Kita sedang memaksa orang itu untuk merasakan penderitaan yang kita alami

Bila kita bersikap seperti ini, siapakah yang lebih jahat? Apakah anda sebagai korban atau sebagai pelaku, kedua-duanya sama jahatnya di mata Tuhan. Dan keduanya tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah. Camkanlah hal ini!

Sebelum saya mengenal Allah dengan benar, sampai sekarangpun saya masih tetap belajar untuk lebih lagi mengenal-Nya. Saya pun memiliki pemikiran yang sama, menganggap bahwa belum waktunya Tuhan untuk mengampuni orang itu dan belum waktunya Tuhan untuk bangkit dari keterpurukan. Saya mencoba memaksakan kehendak kepada Allah, agar Dia melakukan apa yang saya inginkan. Dan menilai waktunya Tuhan dengan waktunya saya. Hingga akhirnya Tuhan izinkan masalah datang bertubi-tubi, membuat saya terkapar, saat terkapar itulah saya mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Saya merasakan iman saya melompat tinggi, dan seperti ada selaput yang terlepas. Saya mulai dapat memandang dan menilai segala sesuatu dengan sudut pandang Allah. Dan bukan hanya itu, Tuhan memberian saya hati-Nya.

Hati yang mampu mengampuni tanpa menjadi sakit hati, hati yang mampu berbelas kasihan melihat jiwa-jiwa, hati yang tahan dan selalu merindukan hadirat Tuhan lebih dan lebh lagi. Ketika kita memiliki hati-Nya Allah, kita akan menjadi manusia yang berbeda, kita akan menjadi orang Kristen yang berbeda dengan orang Kristen lainnya. Kita akan menjadi orang-orang yang memancarkan kasih Allah yang sesungguhnya. Kita akan menjadi orang-orang yang mengalirkan aliran kehidupan. Semua itu hanya akan kita dapatkan, waktu kita memilih, apakah akan mencari Tuhan atau tetap di dalam zona nyaman seperti orang Kristen kebanyakan?

Pengampunan adalah Kasih, dan Allah adalah Kasih. Allah telah memberikan pengampunan itu dengan gratis kepada kita melalui Yesus Kristus dan pengampunan adalah anugerah bagi setiap orang bahkan bagi beribu-ribu angkatan yang akan dilahirkan di bawah kita. Bila Allah telah memberikannya dengan gratis kepada kita, masih dapatkan kita menahan anugerah itu kepada sesama? Bukankah mengasihi sesama adalah sama seperti mengasihi diri sendiri?

Allah memberikan pengampunan kepada manusia, karena sangat mengasihi manusia. Karena manusia adalah bagian dari diri-Nya yang sangat berharga, sangat bernilai dan tidak tergantikan oleh apapun juga.

No comments:

Post a Comment