Wednesday, 23 December 2009 09:32 |
"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN" (Yesaya 12:2) Ayat di atas berbicara tentang Allah yang adalah keselamatan kita. OlehNya, nabi Yesaya percaya dengan tidak gementar, dasarnya karena Allah itu kekuatan dan mazmurnya. Ada dasar bagi orang percaya untuk tidak takut menghadapi apapun, yaitu percaya kepada Dia yang adalah sumber kekuatan. Tetapi manusia akhir zaman ini, hati mereka akan menjadi lemah dan takut karena begitu banyak peristiwa yang sedang terjadi bahkan yang diprediksi akan terjadi. Bencana alam gempa bumi yang semakin kerap terjadi di Indonesia, juga krisis global yang mengakibatkan kesulitan dan kesusahan bagi banyak orang. Saat-saat inilah merupakan saat-saat yang dapat membuat orang gementar seperti kata Yesaya. Kata ’gementar,’ bukan suatu ketakutan yang biasa-biasa, tetapi ketakutan yang membuat orang menggigil/gemetar. Ini adalah sebuah perasaan takut yang dapat melumpuhkan orang. Sebab perasaan takut ini akan masuk dalam hati dan pikiran serta mengakibatkan tekanan dan kecemasan, dan akhirnya membuat orang tidak dapat menikmati hidup dengan baik. Yesus tidak pernah bermaksud supaya kita menjadi budak ketakutan, seringkali kita membaca dalam Injil, Dia berkata “Jangan takut, jangan takut!” Yesus ingin kita menolak ketakutan, sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan – 2Tim. 1:7. Allah tidak mau kita hidup dalam ketakutan. Orang bisa menjadi penakut, karena dia kurang percaya. Sebab kalau dia percaya bahwa Allah menyertainya, dia pasti tidak takut. Dalam Markus 4:35-40, dikisahkan Yesus bersama murid-murid- Nya menyeberang danau Galilea, di tengah perjalanan, mengamuklah angin taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu mulai penuh dengan air, artinya perahu sudah mau tenggelam. Siapa yang tidak takut menghadapi peristiwa yang demikian. Bukankah kehidupan kita juga sering mengalami hal yang sama? Kehidupan kita ibarat perahu yang sedang berlayar di tengah lautan yang luas, yaitu dunia ini. Seringkali kita mengahdapi hantaman angin dan gelombang yang besar. Berapa banyak kali kita berteriak ketakutan? Tetapi kita mau belajar dari Markus 4 tadi, Yesus ada bersama-sama murid-murid di dalam perahu, tetapi mereka membiarkan Yesus tertidur di buritan. Mereka mau coba mengandalkan kebisaan mereka—yaitu keahlian, kepintaran, pengalaman, kemampuan. Jadi seakan-akan mereka mau berkata, “Yesus Engkau istirahat saja, kami bisa berlayar dengan kemampuan kami, kami sudah berpengalaman, kami ‘kan mantan-mantan nelayan di danau ini, jadi kami sudah biasa.” Bukankah kita juga sering berperilaku seperti demikian? Manusia terlalu sombong dengan kemampuannya sendiri, sehingga pada waktu berhadapan dengan masalah langsung ketakutan. Seperti murid-murid ini, mereka dalam ketakutan akan binasa, lalu datang pada Yesus dan berkata “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Maka Yesus dengan penuh kasih Dia bangun dan menghardik angin itu dan memerintahkan kepada gelombang danau itu: ”Diam! Tenanglah!” Lalu semua menjadi tenang. Dan perhatikan, inilah sumber ketakutan itu, Yesus berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Ketakutan datang karena tidak percaya (Bhs Ingg. Have no faith) —tidak mempunyai iman. Takut dan tidak takut, itu semua bergantung apakah kita memiliki iman atau tidak memiliki iman. Jadi bagaimana mengatasi ketakutan, jawabannya adalah kita harus memiliki iman kepada Allah, percaya kepada Firman Allah, sebab hanya firman Allahlah yang dapat membangkitkan iman kita dan berdoalah senantiasa sampai dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus yang akan memberikan kekuatan dan damai sejahtera (Filipi 4:6-7). Amin! |
Roh Kudus memberikan kekuatan, kemampuan dan kuasa kepada anak-anakNya untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus dalam sifat-sifatNya.
Search This Blog
Wednesday, January 5, 2011
Iman Mengalahkan Ketakutan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment