Search This Blog

Wednesday, January 5, 2011

Panggilan Allah


Saturday, 23 October 2010 18:20
Kitab Yeremia diawali dengan kesaksian panggilan Allah yang dialami oleh Yeremia. Panggilan ini merupakan dasar yang sangat penting dalam memahami pelayanannya sebagai seorang nabi bagi bangsa-bangsa. Ada beberapa hal dari pengalaman dan pengakuan Yeremia ini yang patut menjadi pelajaran bagi kita:

Panggilan
Sesungguhnya apa yang menjadi dasar eksistensi dan kehidupan Yeremia adalah panggilan Allah (Yer. 1:5); dan panggilan Allah ini mendahului eksistensi Yeremia. Seakan-akan hidupnya ada karena adanya panggilan Allah. "God has called me therefore I am," nampaknya inilah yang ingin Yeremia katakan pada ayat 5. Setiap keberadaan ciptaan pasti ada "raison d'etre," yaitu alasan untuk ada. Bagi Yeremia "raison d'etre"-nya. adalah panggilan Allah. Prinsip seperti ini patut menjadi prinsip hidup kita sebagai orang Kristen. Kesadaran akan panggilan Allah haruslah melandasi eksistensi dan hidup kita sebagai orang Kristen. Bukankah kita adalah Gereja (ekklesia), yaitu umat yang dipanggil keluar untuk tujuan yang mulia?

Menyadari panggilan
Menyadari panggilan pada hakikatnya berarti menyadari kehendak dan tujuan Tuhan dalam hidup kita. Setiap orang Kristen—sadar atau tidak sadar—mengemban panggilan Tuhan dalam hidupnya. Panggilan Tuhan tidak berarti dalam pengertian yang khusus, seperti nabi, rasul, pendeta, penginjil, dll. Tidak banyak orang dipanggil untuk mengemban panggilan khusus ini. Namun setiap orang Kristen yang sudah ditebus dalam Kristus Yesus, pastilah mengemban tujuan keselamatan yang Allah berikan. Rasul Paulus mengatakan bahwa kita adalah buatan Allah yang diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik; dan Allah menghendaki supaya kita menjalani hidup kristiani kita dalam pekerjaan baik itu (Ef. 2:10).
 
Kesadaran terhadap panggilan Tuhan yang demikian merupakan kesadaran yang sangat fundamental; tanpa kesadaran ini kita tidak mungkin dapat mencapai kehidupan yang kristiani yang seutuhnya. Panggilan Allah selalu merupakan panggilan yang ingin menjadikan kita berguna dalam misi dan pekerjaanNya. Kita menyadari diri kita sebagai orang Kristen, tetapi kita tidak menyadari panggilan, tujuan dan kegunaan hidup kita sebagai orang Kristen. Bukankah ini suatu ironi? Persoalan klasik ini analog dengan persoalan ini: Saya tahu saya manusia tapi saya tidak tahu tujuan hidup saya sebagai manusia. Dan yang lebih ironis adalah bukan kita tidak menyadari panggilan Tuhan, kita tidak mau menyadari panggilan Tuhan dalam hidup kita.

Melakukan panggilan
Sering kali orang Kristen bukan menolak panggilan Tuhan dalam hidupnya, melainkan menghindari atau menunda panggilan Tuhan. Seperti Yeremia, kita bisa membuat berbagai alasan untuk menolak atau menghindari panggilan Tuhan. Misalnya dengan alasan: tidak mampu, belum layak, belum saatnya, belum memungkinkan, dll. Kalau kita menunggu sampai kita mampu, layak dan memungkinkan pasti kita tidak akan pernah berbuat untuk memenuhi panggilan Tuhan.

Kita menghindar untuk menunda dan kita menunda untuk menghindar; akhirnya sebagai seorang Kristen kita tidak melakukan apapun dihadapanNya. Allah memanggil kita bukan karena kita mampu, layak dan berpotensi. la memanggil kita karena kehendakNya, yaitu supaya kita hidup menjalani dan melakukan panggilanNya. Seorang teolog bernama Karl Barth pernah mengatakan: "Tanpa Allah manusia mau, tetapi manusia tidak mampu. Tanpa manusia Allah mampu, tetapi Allah tidak mau." 

Dalam kenyataan Allah senantiasa memakai manusia dalam mewujudkan misi dan kehendakNya. Allah memanggil dan memakai kita manusia bukan karena tanpa kita Allah tidak berdaya, tetapi karena kehendakNya. Demikian juga Allah memanggil Yeremia bukan karena keharusan bagi Allah, tetapi karena kehendakNya. Di samping itu, rasa takut juga sering menjadi penghalang bagi kita untuk melakukan panggilan Tuhan. Ada berbagai rasa takut yang mungkin kita hadapi: Takut kecewa, takut gagal, takut tidak bisa, dll. Rasa takut yang menyelimuti perasaan dan pikiran Yeremia, membuatnya menghindari dari panggilan Tuhan atas dirinya. Tetapi Tuhan berkata: "Janganlah takut..." (Yer. 1:8). 
 
Sesungguhnya panggilan Allah merupakan dasar kita menjalani kehidupan kristiani. Sudahkah kita menyadari dan melakukannya? Maksim-maksim (prinsip) berikut ini mungkin berguna bagi kita: "To do is to be" (Sokrates). "To be is to do" (Immanuel Kant). "I am what I do" (M. Buber). "To be or not to be"(William Shakespeare).  Namun kehidupan dengan semboyan laissez-faire (individualistis yang semau gue), "to be do be do" (F. Sinatra) pastilah kehidupan yang tidak memenuhi panggilan Tuhan. Sebagai orang Kristen kita harus meneladani Tuhan kita Yesus Kristus: "My food is to do the will of Him who sent Me and to accomplish His work." (Yoh. 4:34)

No comments:

Post a Comment